Senin, 16 September 2013

Nightmare Side III - Jangan Baca Sendirian!

Kalau berbicara tentang Nightmare Side Ardan, saya jadi ingin bercerita tentang kegemaran saya mendengarkan cerita horor di radio. Ya, sebelum dijadikan buku, Nightmare Side adalah nama sebuah program di Radio Ardan yang disiarkan setiap Malam Jumat jam 10. Teman-teman yang berdomisili di Bandung pasti sudah tidak asing dengan program ini. Saya sendiri sudah mulai mendengarkan Nighmare Side Ardan sejak saya SD (mungkin sekitar tahun 1998 atau 1999). Malah, dulu saya suka merekamnya di kaset atau menuliskannya di buku untuk kemudian dipinjamkan kepada teman-teman di sekolah :))

Betapa senangnya saya ketika mengetahui bahwa Nightmare Side muncul dalam format buku (apalagi ada bonus CD-nya XD) Dan sepertinya saya bukan satu-satunya orang yang menggandrungi Nightmare Side, buktinya waktu itu saya sampai kehabisan buku pertamanya dan langsung saja beli buku yang kedua (walaupun akhirnya saya dapat juga buku yang pertama... mungkin edisi cetak ulang, saya tidak mengeceknya). Untungnya, buku Nightmare Side ini kan berisi kumpulan cerita horor, jadi tidak masalah mau baca yang nomor berapa dulu.

Nah, langsung saja kita bahas buku Nightmare Side yang ketiga. Desain sampulnya memiliki gaya yang berbeda dengan dua buku pertama, tetapi tetap bernuansa seram tentunya. Yang disoroti adalah sebuah boneka bayi tersenyum (in a way, it's creepy indeed). Dalam buku ini ada 23 cerita pendek tentang pengalaman-pengalaman menyeramkan di daerah Bandung dan sekitarnya. Sudah pasti teman-teman yang tinggal di Bandung akan lebih merinding bacanya karena sudah hafal dengan TKP yang disebutkan dalam cerita--mungkin setiap hari lewat situ, rumahnya di daerah situ, atau malah sekolah atau kantornya di situ!


Desain isi buku ini bagus dan menyeramkan, tapi ada satu background (gambar rumah) yang mengurangi keterbacaan teks karena gelap. Selain itu, typo yang bertebaran juga mengurangi kenyamanan membaca. Mudah-mudahan di edisi cetak ulangnya proses penyuntingannya lebih ketat lagi.

Akhir kata, saya akan berikan cuplikan cerita yang berbeda dengan yang tertera di sampul belakang buku, supaya teman-teman penasaran untuk membeli dan membaca sendiri bukunya :p

Waktu kulihat, kucing itu sepertinya memang benar-benar masuk ke sumur! Aku ingin memastikannya dengan keluar dan melihatnya, tapi aku mengurungkan niat itu ketika tiba-tiba saja muncul bau menusuk ... Seperti bau busuk ... Bau itu terasa dekat dan sangat menyengat ...

Ini seperti bau ... bangkai?! Dan lamat-lamat, terdengar suara kucing! Hanya saja kali ini terdengar berbeda dan menyeramkan! Secara refleks aku melihat ke sekitar, tapi tidak menemukan apa-apa.

Aku mulai merasa ketakutan. Kucoba untuk membaca doa-doa yang kutahu dalam hati. Lalu, dari balik pintu kamarku terdengar suara cakaran! Diiringi suara kucing yang terus terdengar semakin kencang! Langsung saja kuambil sebuah benda di dekatku dan kulemparkan ke arah pintu! Suara itu pun hilang ...

Bulu kudukku kini sudah berdiri semua. Cepat-cepat kucoba menutup jendela kamar. Namun, belum sampai jendela itu tertutup, terdengar lagi suara kucing. Kali ini, suara itu terdengar sangat dekat! Seperti ada di bawah, dari dekat kakiku!

Dengan ketakutan dan perlahan, aku menengok ke bawah ... "AAAAAA!!! ASTAGA!!!"

Terlihat sesosok wanita sedang jongkok! Memakai gaun hitam dan rambutnya panjang! Wajahnya pucat! Matanya berwarna kemerahan! Mulutnya menganga dan mengeluarkan suara kucing ...

Kamis, 12 September 2013

Marginalia - Kalau Cinta Tak Akan Kemana

Marginalia karya Dyah Rinni adalah pemenang kedua lomba penulisan novel romance Qanita. Nama pengarangnya bagus ya, sama kayak saya, orangnya cantik juga kayak saya :v *dibata orang sekampung.

Sinopsis

Aruna adalah vokalis band rock Lescar yang sedang naik daun, dan Drupadi adalah seorang wanita pemilik wedding organizer yang baru saja selamat dari ambang kebangkrutan. Kedua orang ini memiliki kepribadian yang bertolak belakang: Aruna memiliki sisi melankolis dan menyukai puisi karena pengaruh almarhumah pacarnya, Padma, sedangkan Drupadi yang telah dua kali dikecewakan pria memiliki sikap yang dingin dan skeptis terhadap cinta. Namun, keduanya memiliki persamaan juga, yakni pernah mengalami patah hati (yang mereka sikapi secara berbeda).

Takdir Aruna dan Drupadi terhubung melalui sebuah kafe bernama Marginalia. Kafe ini memiliki koleksi buku yang boleh dibaca dan ditulisi oleh para pelanggan yang datang kesana. Padma adalah salah seorang pelanggan kafe Marginalia, dan buku yang paling ia sukai dan sering ia tulisi adalah buku puisi karya Rumi. Drupadi memiliki pandangan yang berbeda; menurutnya buku ini "cengeng" dan itu membuat Aruna marah dan tidak terima. Aruna bertekad untuk melabrak Drupadi yang ia anggap orang tak punya hati, tapi mengapa oh mengapa semua amarahnya menguap saat ia berhadapan langsung dengan Drupadi?

Plot

Oh, saya suka plotnya. Cukup cepat dan dramatis. Beberapa adegan cukup mengejutkan dan menggugah emosi, tapi tidak sampai bikin saya geregetan. Konflik-konflik yang disajikan juga bagus, sayangnya penyelesaiannya kurang cantik. Bagian ending agak terkesan dipaksakan untuk sesuai dengan kutipan Rumi berikut ini: Kekasih tak begitu saja bertemu di suatu tempat, mereka sudah saling mengenal sejak lama.
Satu hal lagi, cerita disajikan bergantian dari sudut pandang Aruna dan Drupadi, dan bagi saya ini menyenangkan, walaupun di beberapa bagian saya sempat bingung ini yang lagi cerita Aruna atau Drupadi.

Tokoh-tokoh

Drupadi: wanita lajang berusia 32 tahun yang agak-agak kuatir dirinya bakal jadi perawan tua. Bagi saya, Drupadi tidak menyebalkan, dia hanya bersikap realistis. Mengintip masa lalunya, tak heran dia menjadi skeptis terhadap cinta.

Aruna: pria berusia 27 tahun yang mengagungkan cinta. Baginya, cinta bersahabat dengan setia, dan bila ia sudah jatuh cinta pada seseorang, ia akan setia. So sweet sekali kan cowo satu ini? :D Sayangnya Aruna gagal merebut hati saya, karena menurut saya sikapnya agak kekanakan hahaha.

Drupadi & Aruna: saya agak sulit menyandingkan kedua tokoh ini... *berpikir keras. Sejak awal saya kurang sreg sama Aruna yang jatuh cinta pada pandangan pertama pada Drupadi, deskripsinya terkesan bahwa Aruna hanya mengagumi fisik Drupadi. Memang sih, antara cinta dan benci itu beda-beda tipis, tapi peralihan antara kedua rasa ini menurut saya kurang halus disajikan dalam buku ini.

Inez: sepupu Drupadi yang menyebalkan setengah mati. Oke, kamu sukses membuat saya ingin menceburkanmu ke Samudra Atlantik! :D

Adnan: mantan pacar Drupadi yang bikin saya kasihan sekaligus sebal sama dia. Sikapnya terkesan pengecut dan tidak layak disebut sebagai pria! Heran juga kenapa Drupadi mau sama orang kayak gini. Ternyata oh ternyata, hubungan mereka itu hasil perjodohannya Tante Lisye (ibunya Inez, dan ya, ibu dan anak ini sama menyebalkannya).

Irwan: calon suami Inez yang bikin saya kasihan juga. Soalnya dia cuma tokoh sempilan yang kelihatannya tidak punya karakter. Agak penasaran sama dinamika hubungannya dan Inez.

Gandi & Sonya: suami istri pemilik kafe Marginalia. Mereka sepertinya orang-orang yang cukup menyenangkan, tapi kepercayaan mereka akan keajaiban cinta agak membuat saya memutar-mutar bola mata.

Desain Sampul dan Layout

Hmm... desain sampulnya mengingatkan saya akan segelas cokelat atau cafe latte di sebuah kafe. Desainnya bagus, walaupun kurang mencerminkan tentang konsep Marginalia itu sendiri. Layout isi buku oke, minim
alis dan masih nyambung sama desain sampulnya.

Akhir kata

Saya menikmati membaca novel roman ini. Novel ini cocok sekali untuk para wanita yang butuh hiburan tapi tidak punya banyak waktu luang.

Selasa, 10 September 2013

Seven Days - Perjalanan Untuk Menemukan Cinta

Seven Days karya Rhein Fathia adalah pemenang pertama lomba penulisan novel romance dari Penerbit Qanita.

Sinopsis

Nilam dan Shen bersahabat karib sejak mereka kecil. Tak heran, karena usia mereka sepantaran, kedua ayah mereka pun bersahabat, dan mereka punya minat yang sama akan seni dan astronomi.

Saat usia mereka mencapai seperempat abad, Shen mengajak Nilam untuk jalan-jalan ke Bali. Katanya ini jalan-jalan terakhir bagi mereka berdua sebelum Nilam menerima lamaran menikah dari pacarnya, Reza. Jadilah Nilam dan Shen pelesir di Bali selama 7 hari. Apa saja yang terjadi selama mereka di sana dan bagaimana dampaknya terhadap hubungan mereka berdua? Yang pasti, Nilam harus mengambil keputusan besar dalam hidupnya dan dia tidak boleh salah langkah.

Plot

Ini kisah cinta yang endingnya dapat dengan mudah saya tebak (ya, tentu saja happy ending). Mungkin tujuan dari cerita ini bukan memberi pembaca kejutan di akhir, tapi untuk membawa pembaca menikmati proses menuju akhir itu sendiri. Yah, karena pada dasarnya saya bukan pencinta hal-hal yang romantis, saya kurang bisa menikmati perjalanan 7 hari Nilam dan Shen. Saya juga kurang bisa merasakan chemistry di antara keduanya. Beberapa adegan terkesan klise, misalnya ketika mereka mendadak harus menginap di kamar yang sama bukannya terpisah. Adegan-adegan romantis tidak membuat jantung saya berdebar-debar, dan konflik yang disajikan juga tidak membuat saya geram. Intinya, bagi saya buku ini datar, tidak mengguncang emosi.

Tokoh-tokoh

Saya suka karakter Shen yang rapi dan terorganisir, tapi tidak terlalu terlihat memaksakan kehendaknya. Sebaliknya, saya tidak suka karakter Nilam yang takut pada anjing, monyet, dan lain-lain. Dia sepertinya orang yang paranoid. Sementara itu, Reza ... well, Reza adalah seseorang yang too good to be true karena dia begitu sabar, pemaaf, dan pengertian, dan itu, anehnya, membuat dia membosankan.

Desain sampul dan layout

Desain sampulnya bagus dan pilihan warnanya juga oke, walaupun kurang mencerminkan nuansa traveling. Layout-nya cantik dan cukup mencerminkan Bali, walaupun agak tidak nyambung sama desain sampulnya.

Saya suka dengan konstruksi bab di buku ini; diawali dengan Prelude, dilanjutkan dengan Day 1 sampai Day 7, kemudian ditutup dengan Heal The Heart dan Epilog. Blurb-nya juga oke; singkat tapi pas mencerminkan petualangan (termasuk petualangan perasaan ya) tujuh hari Nilam dan Shen.

Rekomendasi

Saya sarankan untuk membaca buku ini sambil makan jeruk (karena warnanya sama dengan sampulnya, oranye ... hehe). Dan anggap saja cinta itu seperti jeruk; ada yang manis dan ada juga yang kecut. Perlu perjuangan untuk bisa menikmatinya, seperti makan jeruk yang harus mengupas kulitnya dulu dan membuang biji-bijinya.

Sabtu, 07 September 2013

Kill Bill - Ini Judul Lagunya Brown-Eyed Girls, Bukan Judul Filmnya Tarantino



KILL BILL ini adalah judul lagu terbarunya Brown-Eyed Girls (BG), yah... walaupun tidak baru-baru amat sih. Lagu ini sukses jadi favorit saya mulai dari rilisnya sampai sekarang. Sepertinya kaum remaja penggemar KPOP sih tidak terlalu kenal dengan grup ini, karena BG lumayan lama vakum. BG yang beranggotakan Jea, Narsha, Gain, dan Miryo termasuk grup senior (dilihat dari usia dan lamanya mereka wara-wiri di dunia tarik suara), jadi wajar saja kalau lagu-lagu mereka, beserta video klip dan koreografinya, lebih cocok untuk selera orang dewasa.

Nah, apakah sebelumnya kamu pernah menonton film berjudul KILL BILL karya Quentin Tarantino yang dibintangi oleh Uma Thurman? Kalau sudah pernah, pasti kamu akan merasa sangat terhibur saat menonton video klip yang satu ini :))


Terlepas dari keunikan video klipnya, saya sekali lagi dibuat terkesan oleh kualitas vokal BG. Lagu-lagu bertempo cepat maupun lambat dapat dibawakan dengan baik oleh mereka. Kalau kebetulan main ke YouTube, coba deh cari live acoustic performance mereka. Keren banget. Sangat terlihat kalau mereka ini berpengalaman.



Jea adalah leader dari BG. Dia sudah pernah mengeluarkan single solo berjudul Stray Cat. Saya lupa tahun berapa, kayaknya sih tahun 2012. Jea ini sepertinya anggota BG yang paling dewasa dan kalem.


Narsha adalah anggota BG favorit saya :D Menurut saya dia yang gayanya paling asik, unik, dan sensual (walaupun tidak seksi provokatif seperti Gain). Single solonya yang terkenal berjudul Bbi-Ri-Bop-A dan Mamma Mia (duet sama Sunny Hill--yang akhirnya jadi salah satu grup KPOP favorit saya juga).


Gain bisa dibilang anggota BG yang paling hot dan terkenal. Apalagi setelah baru-baru ini dia jadi model di video klip-nya PSY yang berjudul Gentleman (walaupun menurut saya potensi Gain disini nampak diremehkan). Gain juga pernah berpartisipasi dalam variety show Korea yang terkenal, We Got Married, dimana dia dipasangkan dengan Jo Kwon (dari 2AM) dan mereka salah satu pasangan yang amat disukai oleh pemirsa. Single solo Gain yang terkenal diantaranya berjudul Irreversible dan Bloom.


Miryo adalah rapper-nya BG. Dia yang gayanya paling cool & swag, jaim, tapi (menurut anggota BG yang lain) suka melakukan hal-hal tak terduga :D 


Meskipun video klip versi dramanya keren dan menghibur, saya pribadi lebih suka versi dance/performance-nya, karena bisa melihat secara penuh koreografi yang asik. Plus, saya suka kostum mereka yang bernuansa western cowboy tapi lebih fashionable (cuma kostumnya Gain aja yang kurang sreg buat saya :p).

"Revenge is a dish best served cold."
--KILL BILL

Selasa, 03 September 2013

Hunter - Berburu Anjing Serigala Lucu


Sinopsis

Terjadi serangkaian pembunuhan yang menggemparkan di Jepang. Salah satu tim polisi yang menyelidiki kasus ini adalah pasangan Takako dan Takizawa. Takako adalah wanita berusia tiga puluhan dan Takizawa adalah polisi senior berusia empat puluhan. Karena pada saat itu polisi wanita sangat jarang ada, eksistensi Takako menjadi sangat mencolok dan Takizawa tidak suka itu. Sementara itu, Takako juga tidak suka pada Takizawa yang ia anggap suka seenaknya sendiri (Takako menjulukinya penguin kaisar karena Takizawa pendek). Takizawa memiliki anggapan buruk akan wanita, tetapi Takako sedikit demi sedikit membuktikan bahwa anggapan Takizawa itu salah. Takako harus bersabar dan menelan bulat-bulat semua sindiran dan sikap sinis Takizawa terhadapnya. Bagi Takako, yang lebih penting adalah menyelesaikan kasus ini dan menangkap pelakunya. Setelah itu, ia tidak perlu berurusan lagi dengan Takizawa.

Kasus pembunuhan itu sendiri melibatkan kebakaran besar dan anjing serigala pembunuh. Apakah kedua hal ini berhubungan? Takako dan Takizawa menemukan bukti yang mengarah pada kemungkinan itu. Takizawa tidak suka anjing, tapi Takako berbeda ... Diam-diam ia berharap agar anjing itu tidak pernah tertangkap.

Review

Novel ini alur ceritanya amat lambat dan minim aksi sehingga membuat saya bosan. Seperti halnya Tokyo Zodiac Murders, disini pembaca dicecoki oleh berbagai fakta dan informasi terkait kasus pembunuhan. Bedanya, dalam Hunter, dari awal pembaca memang benar-benar digiring menuju akhir yang mudah ditebak, tidak ada twist atau misteri sama sekali. Saya malah merasa bahwa yang lebih ditekankan dalam cerita ini adalah dinamika hubungan antara Takako dan Takizawa. Lebih ke drama daripada thriller. Sangat terasa kalau penulis novel ini adalah perempuan.

Di paruh kedua cerita, alurnya agak lebih cepat (tapi tetap membosankan) dan saya jadi jatuh cinta pada Topan, si anjing serigala. Dalam bayangan saya, dia ini keren sekali. Sayang sekali ia dijadikan alat untuk menghabisi nyawa manusia.

Film

Ternyata oh ternyata, novel ini sudah difilmkan, tapi oleh Korea, bukan Jepang (saya tidak tahu kenapa dan tidak mau mencari tahu). Judulnya diubah menjadi Howling/The Killer Wolf. Kayaknya saya tidak akan repot-repot menonton film ini, pemeran Takizawa sangat berbeda dengan yang saya bayangkan, ditambah lagi, sang anjing serigala sangat terlihat dijadikan peran antagonis.