Minggu, 22 Desember 2013

Aku Tahu Kamu Hantu - Jangan Saling Ganggu Ya!

Berbeda dengan novel-novel horor lainnya yang akhir-akhir ini saya baca, Aku Tahu Kamu Hantu karya Eve Shi bukanlah kumpulan cerpen, melainkan satu cerita utuh. Saya menghabiskan waktu semalaman untuk membacanya. Ceritanya tentang apa sih?

Alur Cerita

Olivia, atau yang akrab dipanggil Liv, adalah seorang gadis remaja yang baru saja menginjak usia 17 tahun. Hari ulang tahunnya bisa dibilang menyebalkan; kedua orang tuanya tidak mengucapkan selamat, dan di sekolah dia melihat hal-hal yang tidak mengenakkan. Tidak butuh waktu lama bagi Liv untuk menyadari bahwa dirinya ternyata bisa melihat makhluk-makhluk gaib, dan hal ini sangat menganggunya. Kehidupan Liv sudah cukup runyam tanpa kehadiran mereka. Di rumah, Liv harus menghadapi ayahnya yang terlalu cuek dan gila kerja, sedangkan di sekolah, Liv harus menghadapi penggencetan karena dia menyukai seorang cowok idola sekolah.
Liv ingin mengabaikan makhluk-makhluk gaib yang mengikutinya, tapi ketika salah satu dari mereka adalah teman satu sekolahnya, yang telah beberapa hari dikabarkan hilang, Liv tidak bisa diam saja. Liv yakin temannya ini dibunuh dan jasadnya masih ada di sekitar sekolah. Tapi siapa yang mau percaya kata-katanya? Salah-salah malah Liv dikira sinting. Mau tidak mau, Liv harus memecahkan sendiri misteri ini, walaupun dia tahu tindakannya berbahaya dan nyawa jadi taruhannya.

Opini

Ya... alur ceritanya sederhana dan mudah ditebak, tapi cara penyampaiannya santai dan nyaman diikuti. Saya jadi teringat masa-masa saya SMA dulu; betapa menyebalkannya pergencetan, betapa deg-degannya naksir cowok, dan betapa menyeramkannya keadaan sekolah di malam hari (ya, saya pernah menginap di sekolah untuk acara ekskul, kamu juga pernah kan?).
Konflik-konflik yang disajikan klise, tapi saya suka cara Liv menghadapi setiap masalah yang dihadapinya. Dia cewek tangguh, itu jelas. Dia berani mengutarakan pendapatnya dan berani melawan saat dia ditindas dan dipojokkan, tapi dia juga berpikir dua kali sebelum melakukan sesuatu yang dapat membuatnya terjerumus ke dalam masalah yang lebih parah lagi.
Selain Liv, tokoh-tokoh lainnya tipikal. Ada Kenita, teman sebangku Liv yang awalnya terkesan cuek dan jutek tapi sebenarnya baik hati. Ada Ines, tipe cewek angkuh penindas. Ada Saras, tipe cewek pendiam yang ditindas. Ada trio cowok cakep idola sekolah (yang salah satunya ditaksir Liv). Ada juga Daniel, sahabat Liv yang tiba-tiba saja berkelakuan aneh. Tokoh-tokohnya lumayan banyak, dan menurut saya hubungan di antara mereka disajikan dengan cukup baik, terlepas dari betapa klisenya karakter mereka.

Desain Sampul & Ilustrasi Isi

Awalnya saya tidak begitu tertarik dengan desain sampulnya karena begitu minimalis, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa kombinasi warna krem dan merah tampak serasi. Yang menarik adalah ilustrasi isinya, dimana ada 9 hari yang menampilkan gambar seorang cowok yang tampak berjalan makin lama makin mendekati pembaca. Gambar cowoknya mirip zombi dan cukup menyeramkan. Salut untuk Tyo yang mengerjakan ilustrasi isi ini.
Satu hal lagi yang membuat saya menyukai buku ini adalah bonus pembatas buku yang bentuknya lucu. saya pasangkan pita supaya bisa digantung. Hehehe.

Akhir Kata

Kalau kamu penggemar novel horor, buku ini layak untuk dikoleksi. Tapi kalau kamu bukan penggemar horor, boleh juga coba baca buku ini, siapa tahu kamu jadi suka horor ;) Soalnya ceritanya tidak terlalu menakuti-nakuti kok.
Oh iya, blog ini sudah mencapai 1.000 pageview! :D Saya ingin mengucapkan terima kasih pada para pembaca, semoga ulasan-ulasan yang saya tulis disini sedikitnya bisa bermanfaat dan ke depannya saya dapat membuat tulisan yang lebih bermanfaat lagi. 


Rabu, 18 Desember 2013

The Hobbit, Desolation of Smaug - Tiga Jam yang Seru dan Membosankan

Kemarin malam, saya berkesempatan untuk menonton film sekuel The Hobbit yang berjudul The Desolation of Smaug, ditemani adik saya yang sempat misuh-misuh di jalan karena macet sekali padahal kami dikejar waktu (film tayang jam 18:10 dan jam enam kami masih di jalan). Yah, dia juga sih yang mandi dan dandannya kelamaan... tapi saya diam saja, daripada dia makin kalap di jalan... hahaha. Untungnya, kami masih kebagian tiket dan tempat duduk yang posisinya oke (mungkin karena hari kerja, teaternya tidak penuh penonton), langsung masuk teater karena film sebentar lagi dimulai (tidak sempat beli cemilan, tapi saya bawa bekal minuman).



Karena saya sudah membaca novel The Hobbit, saya jadi tahu adegan-adegan apa saja yang berbeda dengan cerita di buku, dan adegan-adegan apa saja yang ditambahkan. Walaupun begitu, saya tetap dapat menikmati filmnya tanpa terlalu mempermasalahkan perbedaan dan penambahan adegan itu. Tokoh Legolas dan Tauriel juga sebenarnya tidak ada, tapi dimunculkan untuk menyenangkan hati para penggemar Legolas (saya salah satunya :p). Tapi entah kenapa, sepak terjang tokoh Legolas disini kurang greget bagi saya. Adik saya berkomentar bahwa Legolas jadi terlalu jago bertarung (dibandingkan dengan di trilogi The Lord of The Rings), dan saya balas, "Kan di LOTR Legolas kalah keren sama Aragorn, jadi disini dia unjuk gigi." Menurutmu bagaimana? ^_^

Terlepas dari betapa keren dan serunya film ini, durasi waktu tiga jam ternyata cukup membuat saya bosan. Saya mengecek jam sampai tiga-empat kali, dan sempat menguap juga di dalam teater >,< Lega sekali rasanya begitu film selesai.

Berikutnya saya akan menjabarkan alur cerita film ini, jadi buat kawan-kawan yang belum nonton dan tidak suka spoiler, jangan diteruskan membaca ya.


Alur cerita

Di akhir film pertama, An Unexpected Journey, Gandalf, Bilbo, dan para kurcaci berhasil selamat dari kepungan orcs berkat bantuan kaum elang. Ternyata mereka belum bisa bernapas lega, karena para orcs itu masih mengejar mereka. Untungnya, mereka tiba di pondok Beorn, seorang manusia setengah beruang, dan dapat berlindung disana. Beorn bahkan memberi mereka perbekalan dan meminjami mereka kuda poni, lalu mengawal mereka hingga ke perbatasan Hutan Mirkwood. Rencananya, mereka akan menembus hutan yang berbahaya ini sebelum meneruskan perjalanan ke Lonely Mountain. Namun Gandalf tidak bisa menemani mereka, karena dia ada urusan lain (biasa lah, penyihir kan sibuk).

Hutan Mirkwood ini sebenarnya wilayah kekuasaan kaum elf, tapi karena kuasa gelap sedang merebak, hutan ini juga menjadi tempat tinggal kaum monster laba-laba. Para kurcaci nyaris dimangsa laba-laba ini, kalau saja Bilbo tidak cerdik dan menyelamatkan mereka semua. Sayang, lepas dari cengkeraman laba-laba, jatuh ke tangan kaum elf. Kaum elf dan dwarf kan terkenal berselisih, jadi tidak heran kalau para kurcaci ini langsung dilucuti senjatanya dan dijebloskan ke penjara. Thranduil, raja kaum elf (dan juga ayahnya Legolas) menawarkan kerjasama pada Thorin, tapi Thorin menolaknya dan Thranduil yang marah berkata tidak akan pernah membebaskan para kurcaci dari penjaranya. Namun, sekali lagi Bilbo (yang menggunakan cincin ajaib untuk menghilang) menjadi penyelamat; dia mencuri kunci penjara dan membebaskan semua kurcaci.

Walaupun masih dikejar-kejar sekelompok orcs, para kurcaci berhasil lolos dari penjara kaum elf dan menyusup ke Kota Danau berkat bantuan Bard, salah seorang penduduk kota yang mereka sogok dengan sisa-sisa uang yang mereka punya. Saat hendak mencuri dari gudang senjata, para kurcaci tertangkap oleh pasukan keamanan kota. Thorin kemudian mengungkapkan jati dirinya di hadapan seluruh penduduk kota dan menjanjikan sejumlah harta karun jika mereka berhasil dalam misi mereka membantai naga dan merebut kembali kerajaan kurcaci di Lonely Mountain. Wali Kota yang tamak segera menyambut penawaran ini, dan memberi perbekalan serta senjata untuk para kurcaci. Bard mengingatkan para penduduk bahwa sang naga akan menyerang mereka jika mereka membantu para kurcaci, tapi semua orang sudah dibutakan oleh harta dan tak ada yang menggubris peringatan Bard.

Perjalanan para kurcaci pun berlanjut. Mereka tiba di Lonely Mountain dan nyaris frustasi saat mereka tidak dapat menemukan pintu masuk rahasia. Untunglah lagi-lagi Bilbo bersikap cerdik dan pantang menyerah, dia lah yang menemukan pintu masuk itu. Dia pula yang kemudian disuruh mengintai ke ruang harta karun untuk mencuri permata Arkenstone, simbol kerajaan kurcaci (kasihan sekali Bilbo ini). Bilbo memang berhasil menemukan permata itu, tapi dia juga berhasil membangunkan Smaug sang naga. Aksi kejar-kejaran pun terjadi. Para kurcaci yang berniat menyelamatkan Bilbo ikut dikejar-kejar dan disembur-sembur api. Pada akhirnya, berkat kerja keras dan kerjasama semua orang, mereka berhasil menyudutkan dan membuat Smaug kesal. Saking kesalnya, Smaug terbang pergi untuk menghancurkan Kota Danau, karena dia tahu, para kurcaci dan penduduk Kota Danau pastilah bekerja sama untuk menyingkirkan dirinya. Film diakhiri dengan adegan Bilbo, dengan perasaan bersalah, memandangi Smaug yang terbang menjauh.