Senin, 18 Agustus 2014

I'm in Love - Dengan Lagu Barunya Secret

Sometimes I just can't help it
Your touch, your smile, your scent
I'm crazy for your love

Sebenarnya sudah mulai menulis post ini dari minggu kemarin, tapi berhubung akhir pekan dihabiskan dengan berjalan-jalan bersama anak dan suami, baru bisa rampung sekarang ^_^ Ini adalah lagu baru yang sedang saya gemari. Judulnya I'm in Love dari Secret.

SECRET kiri ke kanan: Jieun, Hyosung, Sunhwa, Hana
Secret adalah sebuah girl group Korea yang beranggotakan empat orang perempuan cantik, yaitu Hyosung, Sunhwa, Jieun, dan Hana (yang sebelumnya menggunakan nama panggung Zinger). Kalau mau tahu lebih banyak tentang mereka, bisa lihat biodatanya di sini.

Kita lihat dulu photo teaser-nya yuk.

Hana (paling kanan) tampak aneh karena gaya rambutnya berbeda... jadi lebih panjang dan warnanya lebih gelap
Hana di sini rambutnya pendek dan terang
Jieun terlihat cantik dan elegan
Hyosung gayanya sok imut :p menggemaskan
Sunhwa dan cermin tarsah #eh
Sunhwa (lagi!! Karena dia anggota favorit saya :D)
Sekarang kita lihat video musiknya:


Awalnya saya mengira ini lagu ballad, karena intro-nya mendayu-dayu, tapi ternyata ini lagu up-beat yang sangat cocok untuk bergoyang :D Lagunya sendiri, seperti yang tersurat di judulnya, adalah tentang kegalauan seorang perempuan yang sedang jatuh cinta. Liriknya bisa dilihat di sini.

You're driving me crazy
crazy crazy crazy crazy for love

Cinta memang bisa bikin gila, kadang membuat sendu sampai berlinang air mata, kadang membuat emosi (mungkin karena cemburu, atau kesal karena si doi ngga sadar-sadar kalau kita naksir dia). Saking gilanya, Hyosung, Sunhwa, Jieun, dan Hana sampai harus berkonsultasi ke psikiater :))


Berbeda dengan dua lagu sebelumnya, Yoo Hoo dan I Do I Do yang mengusung konsep imut-imut, dalam I'm in Love Secret kembali menampilkan konsep seksi seperti dalam Poison dan Talk That. Saya pribadi sangat suka dengan video musik ini, karena banyak momen yang bisa saya capture >_< Nuansa warnanya juga adem di mata: hitam, putih, krem.... Ya, kesan seksi dan elegan jelas terlihat. You can't go wrong with black and white.

Ini dia momen-momen yang saya capture. Jangan tanya kenapa bagian Sunhwa paling banyak ya, kan saya sudah bilang saya paling suka dia... hehe. 

Hyosung

Sunhwa

Jieun

Hana


Ternyata, di ruang konsultasi ada dua versi anggota Secret ya, yang pertama mereka pakai baju putih dan kelihatan sedih dan lemah, kemudian yang kedua mereka pakai baju hitam, kelihatan marah dan kuat. Menariknya, versi yang berbaju hitam itu ternyata menggantikan sosok pria yang di awal-awal berperan sebagai psikiater. Jadi... maksudnya apa? Kalau menurut saya sih, itu gambaran orang yang sedang jatuh cinta. Di dalam diri ada dua kepribadian yang memang bertentangan; di saat sedang terpuruk, ada sebagian diri yang menguatkan untuk bisa bangkit lagi. Nah... apakah sekarang kamu sedang jatuh cinta? Jangan galau ya :)

Cukup sekian dari saya. Sekarang putar lagi ah lagunya :D Semoga harimu menyenangkan!

Minggu, 10 Agustus 2014

The Cavendish Home for Boys and Girls - Jadilah Anak Baik

Novel terakhir yang rampung saya baca adalah sebuah novel berbahasa Inggris dengan judul The Cavendish Home for Boys and Girls karya Claire Legrand. Sebenarnya saya beli novel ini karena iseng saja sih, dan karena ada label diskon diskon 30% di sampul depannya :p Tapi ternyata sama sekali tidak menyesal membelinya, karena ceritanya lumayan seru. Sayangnya, belum ada versi terjemahan Bahasa Indonesia untuk novel ini.
Tokoh utama The Cavendish Home for Boys and Girls adalah gadis remaja bernama Victoria, yang seperti namanya, selalu menginginkan kemenangan (victory) dalam segala hal. Ia seorang perfeksionis yang akan stress kalau sampai ia mendapatkan satu saja nilai B. Victoria hanya memiliki seorang teman (yang tidak mau ia akui sebagai teman), yakni cowok urakan bernama Lawrence. Victoria yakin bahwa hanya ia yang mampu 'memperbaiki' sifat-sifat Lawrence yang urakan.

Lalu suatu hari, Lawrence menghilang. Tidak ada seorang pun yang peduli, bahkan kedua orang tua Lawrence sendiri. Victoria tidak bisa tinggal diam. Ia pun melakukan penyelidikan, walaupun ia tahu ada pihak-pihak yang mengancamnya. Jika salah langkah, Victoria akan jadi korban berikutnya...
Tidak hanya sampulnya, saya juga suka kemasan The Cavendish Home for Boys and Girls. Ilustrasinya bagus, misterius, tapi tidak terlalu suram dan sangat pas untuk selera remaja. Di bagian dalam buku, bertebaran serangga-serangga hitam... memang tidak muncul di setiap halaman, tapi begitu muncul, mereka bisa tiba-tiba ada di tengah halaman, bukan cuma di pinggirannya. Serangga-serangga ini benar-benar membuat saya merinding, apalagi setelah tahu mereka itu sebenarnya apa... (yang terbayang-bayang adalah kecoak... hii!!)
Satu hal lagi yang membuat saya merinding adalah makhluk-makhluk yang disebut gofers. Mereka dideskripsikan kontet, buruk rupa, bermata satu (warnanya kuning), serta memiliki tangan dan kaki berupa gagang pintu. Gofers ada di Cavendish Home untuk membantu mengurus anak-anak yang tinggal di sana, dan saya benar-benar berharap saya tidak tahu mereka itu sebenarnya apa.... Bagian itu benar-benar membuat saya mual. Serius deh.
Jadi sebenarnya apa sih, The Cavendish Home for Boys and Girls? Sebagian besar orang bilang itu adalah panti asuhan... tapi kenyataannya, anak-anak yang tinggal di sana bukan yatim piatu. Orang-orang yang lebih tahu mengatakan bahwa tempat itu adalah institusi untuk mendidik anak-anak menjadi sempurna. Tapi sempurna menurut siapa?

Ada juga orang-orang yang mengetahui kebenarannya: bahwa anak-anak yang gagal dididik di Cavendish Home tidak akan pernah terlihat lagi. Dan orang-orang yang berusaha mencari tahu kebenaran tentang Cavendish Home juga akan menghilang, atau menjadi gila.

Sebagai penggemar berat Coraline karya Neil Gaiman, mau tak mau saya membandingkan buku itu dengan The Cavendish Home for Boys and Girls, karena keduanya memiliki tokoh protagonis seorang anak gadis, dan tokoh antagonis seorang wanita penyihir. Dibandingkan Coraline, novel ini lebih kelam...
Berhubung saya sangat puas dengan The Cavendish Home for Boys and Girls, saya jadi tertarik dengan novel Claire Legrand berikutnya: The Year of Shadows. Saya memang sudah mulai membaca e-book-nya, bahkan sebelum saya membeli The Cavendish Home for Boys and Girls, tapi kalau suatu saat saya jalan-jalan ke toko buku dan menemukan The Year of Shadows dalam format paperback, sepertinya saya akan membelinya (mudah-mudahan uangnya ada hehe...).

Rabu, 06 Agustus 2014

Unforgiven - Sebesar Apa Dosamu?

Akhir-akhir ini saya kurang berselera membaca buku. Menclak sana menclok sini mencari buku yang bisa membangkitkan kembali selera baca saya. Biasanya obat yang paling manjur adalah novel-novel horor yang ringan, karena itu genre favorit saya. Untunglah saya menemukan novel Unforgiven karya Eve Shi, yang ternyata cukup menyenangkan untuk dibaca.
Begitu melihat desain cover-nya, saya langsung jatuh hati. Ternyata ini buku ketiga Eve Shi setelah Aku Tahu Kamu Hantu dan Lost. Saya sudah baca yang pertama, tapi Lost tidak menarik minat saya karena penampakan sampulnya terlalu cheesy. (Jadi, Lost itu tentang apa sih? Coba yang sudah baca bagi ulasannya dong ^^)
Unforgiven bercerita tentang sepasang sahabat, Kaylin dan Rico, yang diganggu makhluk halus semenjak mereka kedatangan tetangga baru yang misterius. Tetangga baru mereka ini tinggal di rumah yang sudah lama kosong dan digosipkan berhantu. Rumah itu disebut rumah hijau. 

Sebenarnya, ada apa sih di rumah hijau? Kaylin dan Rico pun melakukan investigasi. Rahasia masa lalu terkuak, tentang sebuah dosa... dosa tak termaafkan. Dan mereka yang harus menanggung akibatnya.
 
Kalau harus memilih antara Kaylin dan Rico, saya pilih Kaylin. Bukan karena sama-sama perempuan, tapi karena karakter Kaylin terkesan lebih kuat daripada Rico. Dia lebih asertif, sementara Rico lebih berhati-hati. Mungkin sikap Kaylin yang seperti itu akan mencemplungkannya ke dalam berbagai masalah, tapi dia juga tipe orang yang bersedia melakukan apa pun untuk menyelesaikan masalah. Yang paling penting, Kaylin terlihat sekali sangat peduli pada keluarganya.

Sama seperti saat membaca Aku Tahu Kamu Hantu, tokoh-tokoh utama yang masih remaja (anak SMA) membuat saya merindukan kembali masa-masa sekolah. Masa-masa nongkrong sepulang sekolah sambil berbagi cerita hantu di bawah pohon karet yang lebih mirip beringin, masa-masa menginap di sekolah dan ikut jurit malam. Sama seperti Kaylin, dulu saya juga ikut klub drama di SMA.

Kembali ke Unforgiven, di awal sudah saya sebutkan bahwa saya suka desain cover-nya. Tidak hanya itu, saya juga suka layout-nya: kelam, tapi tidak mengurangi keterbacaan teks.
Saya juga suka kreatifitas penulis dalam mengelompokkan bab-bab di novel ini ke dalam 4 bagian: lurk, intrude, counter, dan settle. Masing-masing nama bagian ini sangat sesuai dengan apa yang terjadi di dalam cerita, dan juga memberi saya gambaran seperti apa endingnya (ya, saya sudah dapat menebak akhir ceritanya, jadi tidak terkejut sama sekali).
Satu hal yang menjadi kesalahan fatal dalam novel ini adalah: halaman 105 yang berulang di halaman 106. Mungkin ini salah cetak, dan redaksi sama sekali tak bersalah, tapi ya... tetap saja mengesalkan. Untungnya, sang penulis sangat koperatif dan dia memberikan tautan teks halaman 106 yang benar. Saya pun menyalinnya di selembar kertas dan saya tempelkan di novelnya. Hahaha. Ngga oke banget.
Sayangnya, pembatas buku novel ini tidak seimut pembatas buku Aku Tahu Kamu Hantu. Saya tambahkan pita hijau di pembatasnya, tapi lupa saya foto.

Semoga Eve Shi terus berkarya dan ke depannya menghasilkan novel-novel yang lebih oke lagi.

P.S.

Ternyata blog ini sudah dikunjungi lebih dari lima ribu kali.... hore! :D Terima kasih sudah berkunjung.

Senin, 21 Juli 2014

Eternity - Bersama VIXX, Waktu Seolah Berhenti

Seandainya saja waktu berhenti berputar, keabadian akan menjadi milik kita.

VIXX, boyband Korea yang terdiri atas enam cowok imut bernama N, Hongbin, Leo, Ken, Ravi, dan Hyuk. Kalau mau tahu lebih banyak soal mereka, bisa jalan-jalan ke sini. Saya sendiri belum hafal semua personilnya, kecuali Ken (personil favorit saya) dan Ravi (tidak heran dia menonjol, karena Ravi yang bagian ngerap). Lagu VIXX yang pertama kali menarik minat saya adalah On and On, karena lagunya asik dan gaya mereka di situ terkesan gothic. Setelah itu, saya jatuh cinta pada beberapa lagu VIXX berikutnya: Only You, Hyde, Girls Why, dan Voodoo.

Tahun ini VIXX mengeluarkan mini album yang keempat, dengan judul Eternity. Ini dia video klipnya:


Saya belum menemukan video yang ada subtitlenya, jadi kalau penasaran sama lirik lagunya, bisa dilihat di sini.

Lagu dan koreografinya asik... saya senang mendengarkan dan menontonnya. Yang paling menyenangkan bagi saya tentu saja fangirling over Ken... hahahaha....

Ken yang imut-imut, benarkah dia bisa menggambar? XD
Leo yang kalem... senang lihat gayanya ^_^
Ravi yang aktif, nampak lucu dengan rambut biru :3

Promotional Photos

Sesuai dengan judul lagunya, Eternity, maka konsep foto-foto yang digunakan untuk promosi pun ada kaitannya dengan waktu. Di dalam video klip, jam besar yang melatarbelakangi mereka hancur berkeping-keping, seolah menunjukkan bahwa "selamanya" bisa jadi kenyataan bila "waktu" hancur. Saya suka kostum mereka warnanya biru dan rapi (jas dan kemeja), juga potongannya unik.
Ini Leo yang katanya tampangnya paling stoic, mirip robot, tidak punya ekspresi :p

Sebelah kiri Ken, yang tengah N, yang kanan Ravi

Ini Hyuk dan Hong Bin. Saya tidak  hafal siapa yang mana, tapi kayaknya Hyuk yang kiri dan Hong Bin yang kanan. CMIIW.

Akhir Kata

Libur Lebaran hampir tiba. Untuk teman-teman yang merayakan, saya ucapkan Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir batin. Kalau teman-teman berencana mudik, lagu-lagu VIXX boleh juga tuh dimasukkan ke playlist untuk menemani selama perjalanan panjang... daripada bete kejebak macet :)

Pas Idul Fitri jangan lupa sungkem sama orangtua ya :))