Rabu, 30 September 2015

Meng, Iput, dan Bubu: Trio Kucing Pembasmi Monster

Tiada angin, tiada hujan, tahu-tahu satu eksemplar komik Meng mendarat di meja saya... Hahaha! :D
Terima kasih, peri buku! #eh

Berhubung bukunya tipis, langsung habis saya baca saat itu juga. Sebagai penyuka kucing, saya suka sekali komik ini. Tentu karena tokoh utamanya seekor kucing hitam nan imut (walaupun dia inginnya dibilang gagah). Sepertinya para penyuka kucing akan suka deh sama Meng.

Ceritanya...

Pada suatu hari, seorang anak perempuan bernama Mia kedatangan tamu istimewa.... berupa seekor kucing hitam berekor api yang bisa bicara! Kucing ini mengaku sebagai penjaga dunia dari para monster.
Awalnya Mia tidak percaya. Monster? Ah, mana mungkin! Kucing ini pasti cuma berkhayal.
Mia baru percaya setelah melihat sendiri penampakan sesosok monster.

Hari-hari Mia menjadi lebih seru setelah kedatangan Meng. Dan suatu ketika, datang monster kuat yang tidak bisa ditangani oleh Meng sendiri, jadi kucing ini memanggil dua temannya: satu kucing berekor angin, dan satu lagi berekor petir. Mia menamai si ekor angin Bubu, dan si ekor petir Iput (karena warnanya item dan putih).
Intip sedikit bagian dalam komik Meng

Komiknya...

Meng: Kucing Penjaga ini tipe komik empat panel. Simpel dan enak dibaca, dengan cerita-cerita singkat nan kocak. Ada adegan mati listrik dan Mia menggunakan ekor Meng untuk menyalakan lilin, ada adegan pertarungan yang tertunda karena Meng mau makan dulu (dan si monster dengan baik hatinya menunggu Meng makan), ada juga adegan Bubu mengajari Meng membaca.

Menurut saya pribadi, komik ini terlalu tipis dan banyak iklannya! :p Mungkin karena target pembacanya anak-anak dan remaja ya... *sadar diri usianya sudah nyaris kepala tiga*
Profil komikus dan sampul belakang Meng

Ada lanjutannya?

Saya harap ada! :D
Karena di akhir komik, muncul tiga ekor anjing yang "mencurigakan" dan kita belum diberi tahu siapa mereka. Hmmm... kira-kira apa peran mereka nanti, apakah kawan atau lawan? Semoga bisa segera diketahui jawabannya :)

Oh iya, komik Meng: Kucing Penjaga akan segera bisa teman-teman dapatkan di toko-toko buku dengan harga Rp 28.000,-

Kamis, 10 September 2015

Morte & Nisbi - Dua Komik Horor Dari EKYU

Selamat sore menjelang malam Jumat!
Semoga kabar baik semuanya.
Pada kesempatan kali ini, saya kembali akan membahas komik horor lokal.

Pendahuluan

Seingat saya, saya sudah menggemari komik sejak saya duduk di bangku SD... atau mungkin malah lebih lama lagi. Saya ingat membaca serial komik di majalah Bobo, seperti Oki & Nirmala, Pak Janggut, serta Bona & Roro. Selain itu, di rumah tetangga depan rumah ada koleksi komik-komik besar dari barat, seperti Smurf, Asterix & Obelisk, Lucky Luke, Tin Tin, dll; dan saya menghabiskan banyak waktu membaca komik-komik itu. Sedangkan perkenalan pertama dengan komik-komik Jepang adalah dengan serial balet, yakni Mari-Chan dan Karina, kemudian Doraemon.

Nah, bagaimana dengan komik lokal atau komik Indonesia? Yah, saya ingat pernah membaca komik Megaloman, kalau tidak salah. Dan komik-komik setipe itu yang saya tidak ingat judulnya, karena saya tidak suka :p Baru beberapa tahun belakangan ini saya menemukan gaya-gaya ilustrasi komik lokal yang sesuai selera saya. Beberapa ilustrator/komikus yang saya suka adalah Archie the Red Cat, Azisa Noor, Sweta Kartika, dan Ekyu. Yang akan saya bahas adalah dua komik karya Ekyu, berjudul Morte dan Nisbi.

Ekyu adalah circle-komik asal Bandung, berisi empat orang pencinta manga karena hobi, dan didirikan pada 1 Juli 1998. Anggota yang masih aktif dalam bidang komik dan ilustrasi novel adalah Egaku dan Oni.

Gaya ilustrasi mereka sedikit mengingatkan saya akan CLAMP, kelompok komikus asal Jepang.

Sampul depan Morte dan Nisbi

Morte

goodreads | bukukita | temanbuku


Mudah melihat alasan utama saya menyukai buku ini--gambar sampul depannya kucing hitam! Mwahaha. Bukan sesuatu yang aneh bahwa kucing hitam selalu disangkutpautkan dengan hal-hal mistis. Omong-omong, kucing hitam ini namanya Paraffin.
Di anak tangga pertama, ada setangkai mawar kering...
Di anak tangga kedua, ada boneka beruang yang kehilangan kepalanya...
Di anak tangga ketiga ada ceceran darah...
Di anak tangga keempat, ada sepotong tangan yang menggenggam surat cinta...
Teruslah naik sampai ke puncaknya,
maka kamu akan menemukan sesuatu yang menakutkan.
Dua bersaudari Oriel dan Eris dititipkan di rumah paman dan bibinya. Ketika orang tua Oriel dan Eris berencana untuk cerai, mereka memperebutkan hak asuh Oriel dan sama-sama tidak mau mengurus Eris. Oriel yang manis sangat menyayangi Eris, walaupun sang kakak membencinya.

Kiri: Eris, Oriel, dan Reed
Kanan: Julia dan Joshua Leister
Sumber: ekyu.deviantart.com

Di dekat rumah sang paman dan bibi, ada sebuah rumah kosong nan angker... namanya Rumah Leister. Konon, seluruh keluarga Leister tewas di rumah itu, dan arwah mereka (beserta arwah-arwah penasaran lainnya) terus menghantui hingga sekarang. Sejauh pertama kali lewat di depan Rumah Leister, Oriel merasakan sesuatu yang aneh. Dia bilang kalau "rumahnya menangis."

Suatu ketika, Oriel dan Eris bertengkar... dan Oriel yang dilanda kesedihan, menyepi di teras Rumah Leister. Tiba-tiba pintu depan rumah terbuka sendiri...

Lalu?
Baca sendiri lanjutannya ya! :))

Joshua, Julia, dan Paraffin
Sumber: ekyu.deviantart.com

Walaupun agak bikin saya pusing, saya suka sekali dengan cerita Morte. Tokoh favorit saya adalah Julia Leister. Kisahnya sangat mengenaskan. Dia memiliki kemampuan untuk melihat hal-hal gaib, baik itu yang berasal dari masa lampau maupun dari masa depan. Dia juga bisa melihat bahwa ayahnya seorang pembunuh berantai...

Sayangnya, Julia menggambar semua yang dia lihat di dinding dan lantai menggunakan arang. Tentu saja kemudian sang ayah melihatnya, dan menghabisi gadis kecil yang tak bersalah ini T__T

Nisbi

goodreads | bukukita | temanbuku


Nisbi pernah muncul versi singkatnya, yang gambar sampulnya lebih saya suka. Memang tidak didominasi warna hitam yang identik dengan horor, tapi ilustrasinya tetap dapat membuat merinding, ketika kita menyadari ada yang aneh pada bayangan di cermin.


Nisbi versi singkat.
Oke. Ceritanya, seorang gadis bernama Mia menulis artikel-artikel tentang serangkaian pembunuhan di blog koran kampus. Kemudian seseorang bernama Viral (bukan nama asli) berkomentar bahwa kasus-kasus pembunuhan itu berkaitan, dan mendorong Mia untuk menyelidiki lebih lanjut. Awalnya Mia tidak menghiraukannya, tapi Viral terus merongrong... hingga berkata bahwa dia akan membuktikannya dengan kematiannya sendiri.


Cerita Nisbi lebih ke thriller dibandingkan horor... sosok hantunya cuma sebagai pemanis :) Padahal saya penasaran sekali dengan sosok Nyi Herang yang selalu muncul di setiap lokasi pembunuhan... dan hantu anak kecil yang menyertainya. Penjelasan misterinya ditumpuk di akhir cerita, jadi agak sebal bacanya. Tapi secara keseluruhan ya oke lah... lumayan seru.

Simpulan

Setelah membaca Morte dan Nisbi, saya menemukan persamaan dalam kedua komik horor ini: ide ceritanya bagus, tetapi eksekusinya kurang. Mungkin karena jumlah halaman yang terbatas. Terutama dalam Nisbi, ada teks-teks panjang (penjelasan) yang bikin capek bacanya. Kalau dibandingkan jalan ceritanya, saya lebih suka Morte, karena lebih kelam.

Simpulannya... terkadang manusia lebih mengerikan daripada hantu. Waspadalah... Waspadalah...

Kamis, 03 September 2015

Mewarnai Secret Garden

Akhir bulan lalu buku yang saya tunggu-tunggu akhirnya datang. Buku apakah ituuu?
Nih... buku mewarnai judulnya Secret Garden karya Johanna Basford.

Sumber: The New York Times

Awalnya, saya dikenalkan pada Secret Garden oleh salah satu rekan kerja, lewat berita di The New York Times. Itu sekitar akhir Maret 2015. Berhubung saya memang suka menggambar dan mewarnai, saya langsung tertarik, dan mencari tahu lebih banyak tentang buku ini. Dari sebuah artikel di Buzzfeed, saya jadi tahu bahwa buku mewarnai dari Johanna Basford bukan hanya Secret Garden, tapi ada juga Enchanted Forest. Saya langsung jatuh cinta. Bagaimana tidak? Ilustrasi-ilustrasinya sangat cantik.

Johanna Basford
Sumber: Buzzfeed

Sayangnya... kedua buku ini sedang habis stoknya (saya mengonfirmasinya sendiri di situs Periplus online). Entah kapan akan tersedia lagi. Tapi saya tidak putus harapan. Berhubung pertengahan April ada tugas kantor ke Malaysia, saya berniat untuk mencari buku-buku ini di toko buku sana. Barangkali mereka masih punya stok.

Ah, ternyata saya masih belum berjodoh dengan Secret Garden dan Enchanted Forest. Karena dari tiga toko buku yang saya datangi di Kuala Lumpur, yakni MPH, Popular, dan Kinokuniya, tidak satu pun yang memiliki stok kedua buku mewarnai yang saya cari.

Sekitar Bulan Juni atau Juli kemarin (saya lupa) akhirnya Periplus memberi kabar bahwa stok Secret Garden sudah tersedia. Saya menunda memesannya hingga awal Agustus, maksudnya saya ingin buku itu jadi hadiah ultah bagi diri sendiri #norak :p

Oh iya, saya hanya memesan Secret Garden, tidak bersama dengan Enchanted Forest, karena harganya cukup menguras rekening tabungan... huhu... Saya pikir, nanti saja beli Enchanted Forest-nya, kalau sudah selesai mewarnai semua ilustrasi dalam Secret Garden. Kebetulan, rekan kantor ada yang punya buku itu, jadi saya bisa pinjam dan melihat-lihat bagian dalamnya. Ternyata isinya tidak jauh berbeda dengan Secret Garden, cuma ada naganya sih... yang bikin mupeng :))

Sumber: Buzzfeed
Saya lebih tertarik pada Lost Ocean, buku ketiga Johanna Basford yang baru akan terbit Oktober 2015 nanti. Sepertinya ini akan lebih mengasyikkan bagi saya yang pencinta warna biru, karena laut kan identik dengan warna biru (dan toska).



Oke. Sekarang kita fokus ke Secret Garden. Buku ini terdiri dari total 48 lembar (termasuk halaman copyright dll). Kertasnya tebal, entah jenisnya apa, jadi saya rasa jika kita mewarnai pakai spidol pun tidak akan tembus ke halaman di baliknya. Walaupun buku ini cukup tebal untuk ukuran buku mewarnai, buku ini dijahit, bukan dilem, jadi tidak perlu khawatir halamannya akan lepas-lepas karena terlalu sering dibuka lebar.

Di bagian kiri bisa dilihat jahitan bukunya.

Sesuai dengan judulnya, tentu temanya taman, dan ilustrasi yang ada di dalamnya berkisar seputar pepohonan, bunga-bunga, dedaunan, hewan-hewan mungil, dan... serangga. Yang terakhir itu yang paling bikin saya malas mewarnainya :p
Ada juga bagian-bagian di mana kita diminta menambahkan ilustrasi kita sendiri. Kata rekan kerja saya, "ini sih ilustratornya malas! Aku kan mau mewarnai, bukan menggambar." :))

Ini mimpi buruk bagi saya :'(
Bayangkan kalau serangga-serangga itu merayap di badan... hiii!

Sejauh ini saya baru mewarnai sampul depan-belakang, halaman judul, dan halaman nama pemilik buku. Alat pewarna yang saya gunakan adalah pensil warna dan fineliner (saya tidak tahu istilah lainnya apa). Untuk bidang yang luas, mewarnai dengan pensil warna lebih enak, tapi untuk bidang yang kecil, fineliner lebih pas, karena ujungnya runcing dan tidak perlu terus menerus diraut. Warna yang dihasilkan oleh fineliner cenderung lebih gelap. Mungkin nanti saya akan coba juga alat pewarna lainnya, misalnya pulpen glitter...

Sampul bukunya bisa diwarnai.
Bukunya pakai jaket, dan jaketnya juga bisa diwarnai...
Saya berjanji pada diri sendiri untuk mewarnai secara berurutan dari halaman awal sampai akhir. Yah, kita lihat saja apakah saya bisa menepati janji itu :D Saya akan mengunggah perkembangannya di akun Instagram saya, @dblueholic


Bagi saya, kegiatan mewarnai ini paling pas dilakukan sambil mendengarkan cerita horor di radio (maksudnya Nightmare Side Ardan :p) atau mendengarkan audio book. Ini juga bisa dilakukan sembari menunggu seseorang atau mengantri sesuatu. Kalau malas bawa banyak alat pewarna (pensil atau spidol warna), bawa saja beberapa batang, jangan satu pak.

Nah, selamat mewarnai!