Kamis, 19 Mei 2016

Dru dan Kisah Lima Kerajaan

Kisah ini sebenarnya tentang...

Petualangan seorang gadis kecil.

Ya, gadis kecil lagi. lagi-lagi gadis kecil. Seperti Coraline. Seperti Sarah dalam Behind The Bookcase. Atau Victoria dalam The Cavendish Home for Boys and Girls.

Goodreads

Dalam Dru dan Kisah Lima Kerajaan karya Clara Ng ini, sang gadis kecil bernama Dru. Mungkin kependekan dari Drupadi, karena unsur pewayangan sarat dalam kisah ini. Dru berkelana ke dunia lain/dunia mimpi dan berpetualang melintasi lima kerajaan, bertemu lima raja, menyelesaikan berbagai misi. Kemudian dia pulang. Alurnya sesederhana itu.

Clara Ng adalah penulis profesional, orang yang rapi dan tertata. Berhubung saya sudah pernah menerima materi darinya tentang menulis (lebih tepatnya tentang bercerita/storytelling), saya jadi menelisik kisah Dru dan Lima Kerajaan, berusaha mengidentifikasi unsur-unsur narasi yang Clara Ng masukkan ke dalamnya. Ternyata dia memang menulis sesuai teori.

Lewat petualangannya, Dru harus melepaskan sesuatu, tapi juga mendapatkan sesuatu. Ada pelajaran yang dia petik, yang menjadikan kepribadiannya lebih baik. Ini  penting, karena inilah inti ceritanya. Harus ada hikmah yang bisa diambil pembaca.

Sayangnya, meski semua unsur yang dapat menjadikan sebuah kisah menarik untuk diikuti ada dalam Dru dan Lima Kerajaan, kisahnya menjadi hambar bagi saya akibat penyelesaian konflik yang terkesan terlalu mudah dan klimaks yang kurang seru. Dari awal saya menaruh ekspektasi tinggi untuk buku ini, dan ketika kenyataan tidak sesuai harapan, rasanya kecewa.


Dru, sang tokoh utama, tidak terlalu kesan bagi saya, dan saya merasa tidak bisa bersimpati dengannya. Oke, dia mungkin menerima perlakuan tidak adil, tapi itu gara-gara dia duluan yang berlaku tidak adil pada orang lain. Pelajaran-pelajaran moral yang Dru dapat tertulis secara gamblang; tersurat, bukan tersirat. Saya jadi merasa diceramahi...hehe. Entahlah, mungkin anak kecil/remaja yang membaca buku ini akan memiliki perasaan yang berbeda.

Bibi Keong, sang pendamping tokoh utama, bagi saya menyebalkan. Sok bijak dan terlalu berahasia (seperti Mr. Desmond Tiny dalam serial Darren Shan). Muncul dan menghilang sesuka hati, tanpa alasan jelas (seperti Cheshire Cat dalam Alice in Wonderland). Ada bagian di mana ia berubah menjadi makhluk lain... yang menurut saya terkesan maksa dan tidak perlu.


Terkait ilustrasi-ilustrasi dalam Dru dan Kisah Lima Kerajaan, pendapat saya: bagus, tapi saya kurang suka. Bagus karena penuh detail kecil dan berwarna-warni, dan ilustrasinya bertebaran di mana-mana. Mungkin hampir setiap halaman ada. Saya kurang suka karena jelas sekali ilustrasi-ilustrasi ini dikerjakan secara digital. Saya lebih suka ilustrasi dengan media tradisional (walaupun finishing-nya dilakukan secara digital).

Soal typo... saya menemukan beberapa tapi tidak saya tandai (sedang malas). Salah satunya ada kata "mencengkan" yang saya yakin seharusnya "mencengangkan."

Menurut saya akan lebih baik jika di sini ada foto Clara dan Renata.

Simpulan saya, sepertinya buku ini terlalu tipis untuk menampung kisah lima kerajaan. Tapi misinya bagus, memperkaya buku-buku lokal untuk anak dan remaja, dengan isi yang sarat budaya Indonesia.


Dru dan Kisah Lima Kerajaan saya sertakan dalam tantangan membaca SEVENEVES no.13: buku fantasi karya penulis Indonesia. Cari tahu lebih banyak tentang SEVENEVES di sini dan ikutan juga tantangannya ya :)

5 komentar:

  1. pingin baca buku ini karena ak merasa lebih cocok baca buku anak dalam negeri, hehehe, semoga aja nanti beneran jodoh, tertarik sejak buku ini wara wiri di timeline :)

    BalasHapus
  2. Hehe iyaa sayapun merasa begitu, kurang gereget yaa 😀 Tapi ada banyak unsur keren yang dimasukan juga. Jadi bingung, ini bagus ato nggak 🙈

    BalasHapus
  3. Mau beli ini...buat sepupu yang masih SMP. Dia cowo sih, semoga tidak merasa buku ini terlalu "cewek" untuknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe.... kalau aku sih merasanya ini "cewek banget" :p tapi selera orang kan beda-beda yah :)

      Hapus